Jumat, 27 April 2012

motto


M O T T O


اَلْحِفْظُ بِالْقَدِيْمِ الصَّالِحِ
وَ الْأَخْذُ بِالْجَدِيْدِ الْأَصْلَاحِ
(القاعدة الأصولية في أصول الفقه)



Menjaga Tradisi yang baik,
Dan berkreasi dengan lebih baik

(Qo’idah al-Ushuliyah fi Ushul al-Fiqh)


contoh kata pengantar


KATA  PENGANTAR


Kepalaku terasa berat dan penat, kulihat keringatku mengalir merambat, marayapi terjalan wajahku yang tak bersahabat, seakan perjalanan ini kurasakan begitu cepat, bukan sebab jarak yang dekat, tapi karena dimensi yang terlipat.
Untuk itu kami awali dengan menghaturkan rasa puji syukur serta terima kasih yang tiada tara, kepada Allah SWT tuhan yang tiada sekutu bagi-Nya, atas segala limpahan  rahmat taufiq dan hidayah-Nya, yang tercurahkan kepada seluruh semesta alam beserta isinya.
Shalawat serta salam Allah yang penuh kasih sejati, semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita baginda nabi, yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk secara rinci, agar hidup kita selamat  di dunia serta di akhirat nanti.
Selanjutnya kami hanya bisa mengatakan, bahwa makalah ini hanyalah sebuah karya yang penuh kekurangan, untuk itu kami akan tetap selalu mengharapkan, dorongan dan dukungan yang berupa saran ataupun kritikan.
Akhir kata semoga apa yang telah tercatat, bisa memberikan kepada kita beberapa fungsi dan manfaat, yang merata bagi penulis pembaca dan beberapa peminat, menuju akhir tujuan tercapainya nikmat dan hikmat.



Jombang, 20 Januari 2012



P E N U L I S

hubungan kerajinan tangan, seni dan budaya


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan jaman, tradisi dan kebudayaan daerah yang pada awalnya dipegang teguh, di pelihara dan dijaga keberadaannya oleh setiap suku, kini sudah hampir punah. Pada umumnya masyarakat merasa gengsi dan malu apabila masih mempertahankan dan menggunakan budaya lokal atau budaya daerah. Kebanyakan masyarakat memilih untuk menampilkan dan menggunakan kesenian dan budaya modern daripada budaya yang berasal dari daerahnya sendiri yang justru sangat sesuai dengan kepribadian bangsanya.  Mereka lebih memilih dan berpindah ke budaya asing yang belum tetntu sesuai dengan keperibadian bangsa bahkan masyarakat lebih merasa bangga terhadap budaya asing daripada budaya yang berasal dari daerahnya sendiri.
Tanpa mereka sadari bahwa budaya daerah merupakan faktor utama terbentuknya kebudayaan nasional dan kebudayaan daerah yang mereka miliki merupakan sebuah kekayaan bangsa yang sangat bernilai tinggi dan perlu dijaga kelestarian dan keberadaanya.  Pada umumnya mereka tidak menyadari bahwa sesungguhnya kebudayaan merupakan jati diri bangsa yang mencerminkan segala aspek kehidupan yang berada didalalmnya.[1]
Kebudayaan Indonesia selalu mengalami perubahan dan perkembangan dari masa ke masa. Kebudayaan bersifat sangat dinamis dan mengikuti perkembangan pemiliknya. Untuk memahami kebudayaan, kita juga harus memahami makna, nilai, simbol, dan acuan yang digunakan oleh komunitas pendukungnya. Nilai-nilai yang berkaitan dengan sesuatu yang dianggap berharga dan simbol biasanya memiliki fungsi tertentu yang erat berkaitan dengan identitas komunitas.
Pada umumnya, kebudayaan mengandung dua kemampuan sekaligus, yaitu kemampuan untuk melestarikan dan kemampuan untuk mengembangkan. Satu kemampuan mempertahankannya agar lestari, sementara daya yang lain menariknya untuk berkembang lebih maju. Kemampuan tersebut akan sangat bergantung pada tingkat ketahanan budaya masyarakatnya. Semakin rendah ketahanan budaya masyarakat, semakin kuat budaya luar memengaruhi dan bahkan menghilangkannya secara perlahan-lahan[2]
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.  Wujud yang terakhir, yaitu Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, salah satunya yaitu kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci[3]
Dalam hal ini penulis mencoba membahas tentang salah satu hasil kerajinan tangan yang berupa patung yang banyak tersebar hampir diseluruh dunia khususnya Indonesia.  Serta membahas hubungan yang terjadi antara kerajinan tangan, seni dan budaya.

B.       Rumusan Masalah
Dari uraian pendahuluan di atas, maka penulis mengambil beberapa rumusan masalah antara lain sebagai berikut :
1.      Apakah definisi dari kerajinan tangan ?
2.      Apa sajakah seluk beluk tentang hasil seni yang berupa patung di Indonesia ?
3.      Apakah pengertian dari seni dan budaya ?
4.      Apakah hubungan antara kerajinan tangan (patung), seni dan budaya ?

C.       Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1.      Mengetahui definisi dari kerajinan tangan.
2.      mengetahui seluk beluk tentang hasil seni yang berupa patug di Indonesia.
3.      Mengetahui pengertian dari seni dan budaya.
4.      Mengetahui hubungan antara kerajinan tangan (patung), seni dan budaya.

D.      Manfaat penelitian
1.      Secara praktis
a.       Lebih memahami tentang berbagai macam bentuk hasil kerajinan tangan yang ada di Indonesia, khususnya seni rupa patung.
b.      Bagi sebagian orang yang belum begitu mengenal seni dan esteika, menjadi lebih tahu tentang makna dari seni dan estetika.
c.       Dapat mengetahui hubungan yang terjadi dari adanya hasil kerajinan tangan yang berupa patung dengan seni dan budaya.
2.      Secara teoritis
a.       Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kertasbud sebagai tugas akhir.
b.      Sebagai acuan bagi para peneliti untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut.
BAB II
P E M B A H A S A N

A.    Kerajinan tangan
KARYA seni atau dalam hal ini adalah kerajinan tangan meniscayakan kehadirannya sebagai dunia simbol. Dunia bentuk yang pencariannya merupakan pergulatan seorang kreator (seniman) demi permenungan dan gagasan kesadarannya yang ingin diungkapkannya. Dalam proses menghadirkan dunia simbol (bentuk) semacam inilah, seni atau kerajinan tangan mengandaikan sebuah ruang yang bernama kebebasan. Ruang yang kerap mengurai segenap batasan-batasan demi mengonkretkan realitas pengalaman kesadaran manusia.[4]
Bagi saya, karya seni atau kerajinan tangan  selalu dapat disamakan dengan anak. Proses berkarya seni dan berkarya tidak lain adalah sebuah proses melahirkan. Seniman bertindak sebagai corong dan selang; menampung ide dan menyalurkannya sedemikian rupa melalu berbagai macam media: kertas, pensil, kuas, cat, nada, gerak; apa pun yang dia inginkan[5]
Seperti yang telah saya ungkapkan, kerajinan tangan adalah serangkaian ekspresi dari senimannya. Perwujudan ide. Perkawinan logika dan rasa serta cara. Mengapa logika? Mengapa rasa? Mengapa cara? Karena ide pada dasarnya merupakan proses berpikir. Berpikir dengan logika, tentu saja. Pemacunya bisa apa saja: melihat sesuatu, mendengar sesuatu –intinya, ide didapatkan dengan panca indera kita yang ada lima ini. Karena kerajinan tangan lebih merupakan estetika –keindahan, ide tadi akan diproses dengan rasa. Dibumbui dan dibentuk sedemikian rupa agar sesuai dengan selera –estetika dan harmoni yang didasarkan pada subjektifitas sang seniman. Proses berkarya pada akhirnya juga membutuhkan teknik yang tepat, cara yang tepat agar serangkaian ide yang sudah tersusun apik tersebut bisa terwujud, atau (jika kita menggunakan analogi ‘melahirkan’) terlahir sesuai dengan keinginan senimannya.[6]

B.     Seluk beluk patung di Indonesia
Proses pembuatan patung dikenal dengan nama membentuk. Yaitu mewujudkan ide dan gagasan ke dalam wujud tiga dimensional.  Kegiatan membentuk bahan lunak (tanah liat) yang sudah umum dikenal dalam proses pembuatan keramik adalah:
1.       Teknik Lintingan (Coils & Slab); dengan menyusun lintingan-lintingan kecil.
2.       Teknik Pijitan (Pin); menyusun keratan lempengan bahan sesuai dengan rencana pematung.
3.       Teknik Butsir, mengurangi sedikit demi sedikit menggunakan sudip hingga bahan terbentuk.
4.       Teknik Putar, menggunakan alat kickwell/handwell
Kegiatan membentuk bahan lunak, tergantung bahan yang digunakan. Bahan balok sabun dapat menggunakan teknik Butsir, bahan bubur kertas memungkinkan dengan metode pinc. Dalam proses pembuatan patung, teknik pembuatannya tidak perlu terpaku pada salah satu teknik. Tidak menutup kemungkinan ada teknik baru hasil penemuan sendiri dan menghasilkan karya yang berkualitas. Namun demikian, pengetahuan tentang teknik mutlak diperlukan.

Jenis Aliran Seni Patung
Pada jaman klasik Yunani perkembangan seni patung begitu pesat hingga terkenal nama-nama pematung seperti: Phidias, Myron, Polikleitos, Praxiteles, Lysipos, dll. Dari karya mereka itu terdapat karya yang mencapai nilai kesempurnaan yang diantaranya gaya “S” yaitu penggambaran patung wujud manusia yang menyerupai huruf S, sehingga berkesan wajar dan dinamis. Karena nilai keindahannya maka hampir semua karya patung bangsa Yunani, dilestarikan oleh bangsa Romawi dalam bentuk patung-patung tiruan. Begitulah perkembangan Seni Patung Klasik yang bertahan hingga jaman modern dewasa kini.
Peninggalan-peninggalan purbakala, seperti bangunan-bangunan candi, patung-patung, prasasti-prasasti, dan ukiran-ukiran pada umumnya menunjukkan sifat kebudayaan Indonesia yang dilapisi oleh unsur-unsur Hindu-Buddha. Administrasi pemerintahan Jawa Kuno menunjukkan perbedaan-perbedaan dengan di India. Candi-candi di Jawa, di Sumatra, dan di Bali ternyata tidak ada yang menunjukkan prototipe candi-candi di India. Lebih-lebih apabila kita perhatikan bentuk-bentuk candi di Jawa Timur, antara lain, candi Jago atau Tumpang, Panataran, Sukuh, dan Penanggungan, semuanya mengingatkan kita kepada punden-punden berundak megalit zaman pra—Hindu. Kecuali itu, beberapa seni pahat dan hias dari kebudayaan Indonesia-Hindu seperti patung-patung candi Sukuh, patung-patung corak “Pajajaran”, pola hiasan segitiga tumpul, pilin tunggal, dan berganda merupakan contoh yang masih mengingatkan kepada tradisi pahatan patung-patung megalit dan kebudayaan perunggu-besi, sebelum kedatangan pengaruh kebudayaan India.
Fungsi candi-candi Indonesia—Hindu adalah antara lain sebagai tempat penguburan abu jenazah raja-raja. Raja-raja yang meninggal dibuatkan patung dan perwujudannya melambangkan dewa-dewa yang mereka puja semasa hidupnya. Candi Borobudur yang bertingkat sepuluh mungkin merupakan tempat pemujaan dan perlambangan raja-raja dinasti Sailendra.
Masyarakat Indonesia—Hindu menganggap rajanya sebagai dewa yang memerintah di dunia. Kultus Dewa Raja pada zaman pengaruh kebudayaan India tidak hanya terdapat di Indonesia, tetapi juga di masyarakat kerajaan-kerajaan tradisional di dataran Asia Tenggara seperti di Kamboja dan Campa. Gelar-gelar kedewaan diberikan kepada raja-raja terutama setelah mereka meninggal dunia. Kepercayaan demikian menunjukkan adanya hubungan dengan tradisi kepercayaan pada masa pra-Hindu, ketika mereka menuju ruh-ruh nenek moyang yang biasanya diwujudkan dalam patung-patung dan menhir-menhir di atas punden-punden berundak. Pembuatan patung-patung megalit masih dilakukan pula pada beberapa masyarakat hingga kini misalnya di Nias dan Flores.”
Pada jaman modern dewasa ini, seniman patung tidak lagi berpikir seperti pada jaman klasik, yang berpegang teguh pada aturan yang sudah baku. Seperti halnya Seni Lukis, dalam Patung pun pembuat karya (seniman) selalu menjelmakan karya-karyanya dengan berbagai pertimbangan ide dan gagasan. Dalam hal ini lahirlah aliran-aliran.

Dalam seni Patung, terdapat aliran-aliran yang di antaranya:
1.       Simbolisme; memiliki makna perlambangan.
2.       Kontruktivisme; penggambaran patung dalam bentuk-bentuk serba geometris.
3.       Robot Art; bentuk patung yang divisualisasikan secara kaku dan statis.
4.       Mobile Sculpture Art; bentuk patung yang dapat digerakan/bergerak contohnya Wayang Golek.

Struktur Unsur-Unsur Patung
Tidak ada karya seni yang indah, terlepas dari aturan (komposisi) tata letak. Elemen-elemen karya yang ada dalam karya tersebut itulah yang melahirkan nilai keindahan. Dalam sebuah patung abstrak pengaturannya terfokus pada elemen-elemen pokok. Elemen dasar yang ditata dalam sebuah patung abstrak diantaranya: garis, warna, bentuk, ruang, tekstur dan terang gelap.
Patung realistis, jika dibuat oleh siswa yang baru belajar (pemula), banyak yang nilai keindahannya terganggu oleh ukuran perbandingan antara bagian yang tidak sesuai. Untuk itulah maka pengetahuan tentang proporsi mutlak diperlukan. Untuk menciptakan karya seni patung yang indah, perlu pengetahuan tentang komposisi (tata letak) penataan elemen karya seni patung, harus memperhatikan hal-hal di bawah ini:
1.       Balance; adalah keseimbangan bobot masa berdasarkan kepekaan estetika.
2.       Karakteristik; watak perwujudan berdasarkan pemanfaatan bahan dan teknik.
3.       Bentuk/Dimensi; dapat dirasakan keindahannya dari semua sudut pandangan.
4.       Gerak/Ritme; memiliki irama yang tidak membosankan.
5.       Proporsi; ukuran perbandingan ukuran antara bagian-bagian.
6.       Harmoni dan Kesatuan; elemen satu dengan yang lain saling mendukung nilai keindahan.
7.       Aksentruasi; pusat perhatian.



C.     Seni dan budaya

1.      Seni
 Kata "seni" adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kabarnya kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Mungkin saya memaknainya dengan keberangkatan orang/ seniaman saat akan membuat karya seni, namun menurut kajian ilimu di eropa mengatakan "ART" (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Namun kita tidaka usah mempersoalkan makna ini, karena kenyataannya kalu kita memperdebatkan makna yang seperti ini akan semakain memperkeruh suasana kesenian, biarlah orang memilih yang mana terserah mereka



Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,  Pengertian Seni, memiliki tiga arti antara lain:
a.    Seni diartikan halus, kecil dan halus, tipis, lembut dan enak didengar, mungil dan elok.
b.    Keahlian membuat karya bermutu (dilihat dari segi keindahan dan kehalusannya)
c.    kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi[7]

Menurut Ki Hajar Dewantara, seni merupakan perbuatan manusia yang timbul dari perasaannya dan bersifat indah sehinga dapat menggerakkan jiwanya.
Dalam bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala macam kekriaan yang artistik. Cilpacastra yang banyak disebut-sebut dalam pelajaran sejarah kesenian, adalah buku atau pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk di dalamnya apa yang sekarang disebut seniman. Memang dahulu belum ada pembedaan antara seniman dan tukang.
Pemahaman seni adalah yang merupakan ekspresi pribadi belum ada dan seni adalah ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif. Yang demikian itu ternyata tidak hanya terdapat di India dan Indonesia saja, juga terdapat di Barat pada masa lampau.
Dalam bahasa Latin pada abad pertengahan, ada terdapat istilah-istilah ars, artes, dan artista. Ars adalah teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan kemahiran dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti kelompok orang-orang yang memiliki ketangkasan atau kemahiran; dan artista adalah anggota yang ada di dalam kelompok-kelompok itu. Maka kiranya artista dapat dipersamakan dengan cilpa.[8]

2.      Budaya
Pada dasarnya, budaya merupakan kebiasaan atau cara hidup yang telah mendarah daging dalam masyarakat. Ia diciptakan dan tumbuh dalam masyarakat itu sendiri, mendarah daging dan terus dilestarikan dari generasi ke generasi. Yang bertanggung jawab melestarikannya, ya jelas masyarakat yang telah menciptakan budaya tadi (tentu saja yang harus dilestarikan adalah budaya-budaya yang dianggap baik dan sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat). Nah, budaya itu bisa berupa apa saja dan tidak terbatas pada kesenian tradisional. Misalnya: pola pikir mengenai mana hal yang benar dan mana yang salah, kaidah kesopanan, serta budaya-budaya sepele seperti makan dengan tangan.
Budaya, simply, adalah cara hidup dan kebiasaan yang tumbuh dari dan bersama masyarakat.[9]

D.    Hubungan antara kerajinan tangan, seni dan budaya
Dari hal-hal yang telah saya uraikan di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa seni dan budaya saling berhubungan. Hal ini dikarenakan adanya seni yang merupakan bagian dari budaya. Seni macam apa yang merupakan bagian dari budaya? Ya, seni yang telah mendarah daging dalam masyarakat, dalam artian bersumber dan tumbuh dari masyarakat itu sendiri. Contohnya mudah saja: kesenian tradisional. Misalnya, batik, gamelan, reog, saman, keris, dan masih banyak lagi.
Seni dan budaya punya hubungan sama eratnya dengan rasa manis dan getir dalam secangkir kopi. Anda bebas mendeskripsikannya secara terpisah, tetapi –pada akhirnya- Anda akan menyadari bahwa kedua hal tersebut saling berhubungan satu sama lain. Saling mengisi dan menjadi bagian dari hal lainnya:
Sebagian seni merupakan bagian budaya.
Sebagian budaya merupakan bagian dari seni.[10]


























BAB III
S I M P U L A N

Pendapat seni menurut para ahli:
1.      Menurut Alexander Baum Garton Seni adalah keindahan dan seni adalah tujuan yang positif menjadikan penikmat merasa dalam kebahagiaan.
2.      Emanuel Kant Seni adalah sebuah impian karena rumus rumus tidak dapat mengihtiarkan kenyataan.
3.      Menurut Leo Tolstoy Seni adalah menimbulkan kembali perasaan yang pernah dialami.
4.      Menurut Aristoteles Seni adalah bentuk pengungkapannya dan penampilannya tidak pernah menyimpang dari kenyataan dan seni itu adalah meniru alam.
5.      Ki Hajar Dewantara Seni merupakan hasil keindahan sehingga dapat menggerakkan persasaan indah orang yang melihatnya, oleh karena itu perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi dapat menimbulkan perasaan indah itu seni.[11]













Daftar Pustaka

1.      kebudayaan.htm
2.      batik-dan-kebudayaan.php.htm
3.      Budaya.htm, Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
4.      Cabik lunik : menafsir-hubungan-islam-dan-seni.html
5.      Dibalik S-E-N-I dan B-U-D-A-Y-A « toleransi idealisme.htm
6.      Sumber : http://endonesa.net/ email : Sawir@endonesa.net
7.      seni pengertian.html
8.      Dibalik S-E-N-I dan B-U-D-A-Y-A « toleransi idealisme.htm
9.      Salam super - http://www.lukisanminimalismur ah.com






















[1] kebudayaan.htm
[2] batik-dan-kebudayaan.php.htm
[3] Budaya.htm, Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
[4] Cabik lunik : menafsir-hubungan-islam-dan-seni.html
[5] Dibalik S-E-N-I dan B-U-D-A-Y-A « toleransi idealisme.htm
[6] Ibid.
[8] seni pengertian.html
[9] Dibalik S-E-N-I dan B-U-D-A-Y-A « toleransi idealisme.htm
[10] ibid
[11] Salam super - http://www.lukisanminimalismur ah.com